Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) adalah wilayah yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, menjadikan Sumbar kaya akan hasil laut, menjadi salah satu sumber mata pencaharian penduduk di sepanjang pesisir pantai Sumbar yang berprofesi sebagai nelayan. Selain kaya akan hasil perikanan, kondisi geografis bahari Sumbar dikelilingi pulau-pulau kecil yang indah sehingga memiliki daya tarik wisata tersendiri.
Namun, kondisi geografis ini ibarat dua mata pisau. Selain keuntungan potensi sumber daya alam dan potensi wisatanya, wilayah Sumbar juga rawan terhadap ancaman bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami.
Sebagaimana dilansir dari detikNews pada Senin, 16 Nov 2020, BPBD Sumatera Barat menyatakan, para ahli menemukan Sesar Patahan Besar di daerah Kepulauan Mentawai, atau disebut dengan “Mega Trust Mentawai”. Pesisir Pantai Sumatera Barat sendiri masuk dalam wilayah “Red zone”, begitu para pakar bencana menyebutnya.
Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap ancaman bencana tentu saja perlu ditingkatkan. Urusan Penanggulangan Bencana harus menjadi “Narasi Bersama”. Semua pihak tentu pula harus terlibat dalam upaya pengurangan resiko bencana dan peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat. Tidak saja pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media, akademisi, Ormas OKP, LSM, dan seluruh stakeholder harus dilibatkan, termasuk peran Aktivis Mahasiswa.
Teruntuk bagi Aktivis Mahasiswa, dimanapun berada, Ini patut jadi perhatian kita!. Selama ini Aktivis Mahasiswa terlalu sibuk berbicara jauh masalah isu-isu politik daerah dan nasional, seolah mereka lupa, bahwa ada isu yang lebih penting dari isu politik yang dibahas hingga larut malam dan kopi mendingin.
Saya mengingatkan seluruh Aktivis Mahasiswa, bahwa kita semua berada di bawah bayangan bencana alam besar yang siap menerjang kapan saja. Seolah Kita semua sedang terlena, Tindakan preventif perlu diambil guna meningkatkan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam menghadapi resiko bencana.
Mahasiswa dapat melakukan kegiatan edukasi di Kampus, sekolah dan pesantren, membuat kajian tindakan pengurangan resiko bencana, “menciracaui” usaha peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat, dan mengadvokasi keberpihakan itu ke berbagai pihak.
Jangan anggap, Bencana seolah-olah Hanya menjadi fenomena musiman, seperti yang terjadi baru-baru ini, Gempa Bumi Pasaman Barat bisa jadi contoh. Aktivis Mahasiswa sibuk turun di persimpangan jalan untuk mengumpulkan donasi, berbondong-bondong untuk datang ke lokasi terdampak. Bahkan ada kondisi yang paling memiriskan, segelintir oknum mahasiswa datang hanya untuk ber-selfie ria ditengah penderitaan korban.
Kajian terhadap pengurangan resiko bencana dan peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat, kedepan harus menjadi fokus kajian tersendiri di kalangan aktivis mahasiswa.Kajian Langkah preventif, seperti penulis paparkan sebelumnya, jauh lebih bermanfaat, bila dibandingkan dengan hanya sekedar minta “Donasi Jamuran Musiman”. Sungguh Penulis tidak mempersoalkan aksi itu, namun Sesuai kata pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati”.
Apresiasi tentu harus diberikan kepada usaha mahasiswa dalam upaya turut serta mengurangi derita korban bencana. Namun, secara umum berkaca dari “status gengsi” orang yang kuliah di Perguruan Tinggi, tindakan ini dirasa terlalu umum dilakukan. Yaa, kira-kira anak SMA pun juga bisa melakukannya.
Gengsi Aktivis Mahasiswa terlihat pada terbentuknya sebuah kajian ilmiah yang berfokus pada upaya pengurangan resiko bencana dan peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat, mendesak Perguruan Tinggi tempat mereka menimba ilmu terlibat aktif dengan isu-isu terkait kebencanaan, bahkan mendorong Perguruan Tinggi menjadikan ilmu manajemen kebencanaan menjadi program studi tersendiri, seperti yang telah dilakukan oleh salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Aceh.
Dengan demikian, Slogan Tri Dharma Perguruan Tinggi, bukan hanya menjadi pajangan dan hiasan dinding di kampus-kampus. ini adalah tantangan moral seluruh Aktivis dimanapun berada. (Taluk-Pariaman,Minggu-23 Maret 2022)
Penulis artikel Opini ini adalah Reyvaldo Dioz, Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman