Benarkah Nabi Ibrahim Pernah Mencari Tuhan?

Hijrah Tk sutan bungsu hijrahmursid@gmail.com

Kisah ini cukup populer dan tidak asing di telinga Kita, secara waktu kecil kita sering mendengarkan kisah yang menakjubkan tersebut, tapi benarkah Nabi Ibrahim pernah mencari tuhan? Dan benarkah Nabi Ibrahim sempat menjadikan planet, bulan dan matahari sebagai tuhan?.

Saya baru-baru ini mendengarkan dosen Saya menceritakan kisah tersebut, dan saat itu Saya kaget dan heran dengan penjelasan Dosen yang tidak ada bedanya dengan cerita anak-anak SD yaitu menuduh Nabi Ibrahim mencari-cari Tuhan. Dan itu sangat lucu sekali karena sekelas Dosen tafsirpun keliru dalam menafsirkan kisah Nabi Ibrahim.

Ayat yang mengkisahkan Nabi Ibrahim mencari tuhan itu ada di surat Al-an’am ayat 76-78 yang menjelaskan Nabi Ibrahim saat malam tiba, Ia melihat planet (كوكبا), bulan (القمر), dan matahari yang begitu besar (الشمس) sontak ia mengatakan _haadza rabbi_ inilah tuhanku. Disinilah letak kekeliruan orang-orang saat menginterpretasikan ayat tersebut sebelum dicross check di kitab-kitab tafsir terlebih dahulu. Apalagi mereka hanya melihat secara tekstual tanpa memerhatikan dari segi kontekstualnya.

Sebenarnya bagaimana sih cerita yang benar? Nah sebelumnya kita harus meyakini bahwa seluruh rasul wajib bersifat Amanah, artinya adalah para rasul terpelihara dari hal-hal yang haram, makruh, dan hal-hal yang jelek dari masa kecil sampai dewasa. Nah ini lah landasan bagi kita bahwa Nabi Ibrahim ma’sum (terpelihara) dari menyembah selain Allah, seperti planet, bulan, matahari dan lain-lain. Akan sangat tidak logis sekali kalau Nabi Ibrahim menjadikan planet, bulan dan matahari sebagai Tuhan karena Nabi Ibrahim ma’sum (terpelihara) dari hal-hal tersebut.

Jika kita lihat dari perspektif tafsir seperti tafsir Ibnu Katsir, Imam Al-baghawi, tafsir Al-qurtubi dan tafsir At-thabari, disana dijelaskan, bahwa sebenarnya Nabi Ibrahim membantah dan berdebat dengan kaumnya bahwa planet, bulan, dan matahari yang mereka sembah bukanlah tuhannya, karena semuanya tidak selalu muncul. Sementara konsep ketuhanan yang dipahami oleh Nabi Ibrahim itu bahwa Tuhan harus selalu ada.

Coba kita perhatikan pada kalimat _haadza rabbii_ dalam surat Al-an’am sebenarnya sebelum _haadza_ di takdirkan huruf hamzah istifham, sehingga ma’nanya adalah “apakah ini tuhanku?” Dengan nada bertanya seraya mengingkarinya. Jadi kalimat _hadzaa rabbii_ bukanlah pernyataan melainkan pertanyaan bantahan pada kaumnya.

Kemudian argumen yang mengatakan Nabi Ibrahim membantah kaumnya dikuatkan dengan akhir ayat 78 _yaa qaumi innii bariiun mimmaa tusyrikuun_ yang artinya wahai kaumku sungguh aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Alhasil cerita yang valid adalah, Nabi Ibrahim ketika ia melihat planet di malam hari ia berkata “inikah tuhanku?” Ketika planet itu terbenam ia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam begitulah seterusnya sampai Nabi Ibrahim melihat matahari yang paling besar dari bulan dan planet dengan tujuan mencerdaskan kaumnya agar tidak menyembah selain Allah SWT.

Ditulis : Hijrah Tk sutan bungsu hijrahmursid@gmail.com

----