Ulakan, Pada dasarnya pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu pendidikan informal, pendidikan Formal dan pendidikan non formal. Pendidikan Informal adalah pendidikan yang terjadi di lingkungan keluarga. Pendidikan Formal adalah pendidikan yang terjadi dalam Lembaga pendidikan pemerintahan yang diatur dalam bentuk kurikulum nasional, sementara yang ketiga adalah pendidikan non formal yaitu pendidikan yang berada di lingkungan masyarakat atau selain pendidikan informal dan formal.
Salah satu bentuk pendidikan non formal adalah pendidikan di pesantren. Dimana di sini terdapat pendidik yang disebut dengan kiyai atau Buya atau juga ada juga yang menyebut ustadz. Sementara orang yang menuntut ilmu di pesantren disebut dengan Santri.
Membahas masalah santri dan kemerdekaan, bagaikan membahas air dan sungai, dua-duanya tidak bisa dipisahkan. Santri bagaikan sungai dari air yang mengalir untuk merdeka menuju samudra.
Membahas tentang kemerdekaan, bukan hanya sebuah kata yang disematkan pada 17 Agustus 1945, karena pada hakikatnya merdeka memiliki 4 waktu perjuangan, yakni perjuangan untuk merdeka, perjuangan ketika proklamasi kemerdekaan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, dan perjuangan mengisi kemerdekaan. Keempat perjuangan tersebut tidak bisa dipisahkan dari para pejuang di Indonesia termasuk para kiai dan santri.
Santri merupakan ruh negara Indonesia itu sendiri. Pada aktivitasnya, santri merupakan sekelompok orang yang menuntut ilmu agama kepada seorang guru (kiai), baik dengan cara mondok (mukim), atau nonmukim.
Kehidupan para santri sejak sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan, selalu bergesekan dengan sosial dan antropologi Indonesia. Salah satunya mengalami penjajahan dan melawan penjajah.
Jika dapat dihitung dan didata secara rinci, mungkin sudah berjuta-juta para santri dan kiai berjuang bagi bangsa Indonesia, karena sebelum kemerdekaan kita bisa mengingat sejarah perlawanan para santri dan kiai.
Sejarah mencatat banyak terjadi perlawanan yang dilakukan oleh kaum santri terhadap kegiatan penjajahan dan juga penjajah itu sendiri.
Sebut saja contohnya perlawanan santri di Sumatera Barat (1821-1828), Perang Jawa (1825-1830), Perlawanan di Barat Laut Jawa pada 1840 dan 1880, serta Perang Aceh pada 1873-1903.
Sementara di Jawa Barat, ada Perang Kedongdong (1808-1819). Perang yang terjadi di Cirebon ini melibatkan ribuan santri dalam pertempurannya.
Perjuangan santri dalam menyusun kemerdekaan sangat berperan aktif, salah satu santri yang juga putra dari KH. Hasyim Asy’ari, yakni KH Wahid Hasyim, ikut andil dalam pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia) yang kedepannya menjadi tombak dari pembacaan proklamasi itu sendiri.
Pasca proklamasi kemerdekaan, Indonesia masih dikelilingi penjajah yang ingin menjajah kembali, sehingga para santri dan kiai menjadi garda terdepan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Salah satu peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan yakni terjadinya perang 10 November yang dihimpun oleh Kiai dan para santri se -Jawa dan Madura yang dipimpin oleh Mbah Kiai Abas Buntet, Mbah Kiai Wahab Hasbullah, Mbah Kiai Mahrus Ali, dan kiai-kiai lainnya.
Dengan mengingat kenangan tersebut, dalam momentum peringatan hari Santri pada 22 Oktober 2022 ini, kita kembali tingkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara dengan menjadikan Santri sebagai contoh bagi masyarakat dalam menjaga keutuhan NKRI dan mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu kita dengan kegiatan positif dan bermanfaat. (SM)