Pariaman, Dulu ketika aku masih SD sekitar tahun 1989, Serabi dan Putu Mayang adalah sarapan kami beradik kakak sebelum pergi ke Sekolah masing-masing. Kebetulan dekat rumahku dulu itu ada kawasan khusus ditinggali bangsa India, dan merekalah yang menjual kedua kuliner legendaris ini.
Menurut wikipedia, Putu mayang adalah kue tradisional yang dibuat dari tepung kanji atau tepung beras yang berbentuk seperti mi, dengan campuran santan kelapa, dan disajikan dengan kinca atau gula jawa cair.
Di Indonesia kue ini merupakan bagian dari seni kuliner Betawi. Akan tetapi, asal mula kue ini mungkin terkait dengan kue putu mayang yang berasal dari India Selatan. Kedua-duanya memiliki bentuk adonan tepung kanji atau tepung beras yang dicetak menyerupai gumpalan mi. Namun Putu mayang Indonesia sedikit berbeda dibandingkan Putu mayang India yang juga dapat ditemukan di Sri Lanka, Malaysia, dan Singapura. Gumpalan Putu mayang Indonesia lebih menyatu dan tebal dengan ukuran gumpalan yang kecil, sementara Putu mayang India memiliki helai seperti mi yang lebih halus dan ukuran yang lebih lebar. Memakan kue ini dapat dilakukan dengan menyiram gula merah dan santan, atau memberi tambahan sedikit taburan kelapa pada gula putu mayang tersebut.
Sedangkan Serabi merupakan jajanan pasar tradisional yang berasal dari Indonesia. Makanan ini sudah ada sejak tahun 1923. Pakar kuliner, Bondan Winarno mengatakan bahwa kemungkinan makanan ini mendapat pengaruh dari budaya kuliner India dan juga Belanda. Di Jawa Barat, serabi dikenal dengan nama surabi atau sorabi. Kata “surabi” berasal dari bahasa Sunda yang berarti “besar” dalam Bahasa Indonesia. Serabi yang terkenal di Indonesia adalah serabi Bandung dan serabi Solo.
Bahan untuk membuat serabi adalah tepung beras, vanilla, gula, pandan, garam, dan santan kelapa. Serabi dimasak dengan menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat dan dipanggang di atas arang. Kue ini memiliki tekstur yang empuk dan rasanya manis. Serabi biasanya dijajakan di pagi hari dan dimasak menggunakan tungku sehingga menghasilkan rasa yang khas. Kadang-kadang telur ayam yang telah dikocok ditambahkan ke atas adonan serabi yang sedang dimasak. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak yang terus berinovasi dan ber diferensiasi dengan menambahkan berbagai topping seperti sosis, keju, maupun mayones.
Tahun 2016 kemaren tanpa sengaja aku bertemu lagi dengan Serabi dan Putu Mayang kuah durian ini yang ternyata juga dibuat oleh Fitria Ali, anak salah seorang bangsa India yang dekat rumahku dulu itu. Fitria Ali mengaku usaha kulinernya inipun sering naik turun apalagi sejak masa pandemi. Namun bermodalkan keyakinan dia tetap semangat menjalankan usaha kuliner legendaris ini
Fitria Ali memulai lagi usaha orangtuanya pada tahun 2016 lalu, dengan menawarkan melalui market place Facebook dan penawaran dari mulut ke mulut. Serabi dan Putu Mayang kuah durian Fitria Ali ini mulai dipesan untuk acara Pesta Baralek di Rumah bahkan di Gedung. Meskipun Fitria Ali tidak menjual Serabi dan Putu Mayang kuah duriannya di Toko, tetapi kue legendaris ini cukup dikenal oleh Masyarakat dan selalu saja ada pesanan setiap harinya.
Fitria Ali juga rajin mengikuti seminar atau pelatihan UMKM yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan Perdagangan. Dinas tersebut mengundang peserta UMKM dan membekali mereka dengan pengetahuan cara memasarkan produk mereka agar semakin dikenal oleh masyarakat luas. Terima kasih banyak kepada Dinas Koperasi dan Perdagangan tutup Fitria Ali dalam penjelasannya.
By Larosa Nurdin